Api.co.id – Dalam ekosistem pengembangan perangkat lunak modern, terutama yang berbasis cloud dan microservices, komunikasi antar komponen adalah nyawa dari sebuah aplikasi. Kita sering mendengar istilah REST API yang mendominasi dunia web. Namun, ada satu protokol komunikasi “senior” yang kembali naik daun dan menjadi fondasi bagi sistem terdistribusi berkinerja tinggi. Protokol tersebut adalah RPC atau Remote Procedure Call.
Bagi seorang pengembang pemula, istilah RPC mungkin terdengar seperti mantra kuno atau jargon teknis yang menakutkan. Namun, tahukah Anda bahwa tanpa sadar banyak teknologi canggih hari ini—mulai dari layanan internal Google hingga komunikasi di dalam blockchain—sangat bergantung pada konsep RPC?
Jika Anda ingin menjadi Backend Engineer yang handal atau arsitek sistem yang mumpuni, memahami apa itu RPC, bagaimana cara kerjanya, serta perbedaannya dengan REST adalah kompetensi wajib. Artikel ini akan mengupas tuntas RPC dari kulit luar hingga ke inti teknisnya.

Bab 1: Definisi Dasar: Apa Sebenarnya RPC Itu?
RPC adalah singkatan dari Remote Procedure Call. Jika diterjemahkan secara harfiah ke dalam Bahasa Indonesia, artinya adalah “Panggilan Prosedur Jarak Jauh”.
Untuk memahaminya dengan mudah, mari kita bedah setiap katanya:
-
Remote (Jarak Jauh): Proses terjadi di komputer atau server lain, bukan di komputer lokal tempat kode dijalankan.
-
Procedure (Prosedur): Merujuk pada fungsi, metode, atau sub-rutin dalam pemrograman (sebuah blok kode yang melakukan tugas tertentu).
-
Call (Panggilan): Aksi memicu atau mengeksekusi fungsi tersebut.
Jadi, secara sederhana, RPC adalah sebuah teknik komunikasi antar-proses (Inter-Process Communication/IPC) yang memungkinkan sebuah program komputer untuk menjalankan fungsi (sub-rutin) di ruang alamat komputer lain (biasanya di server berbeda), seolah-olah fungsi tersebut berjalan secara lokal.
Analogi “Restoran dan Pelayan”
Bayangkan Anda sedang duduk di meja restoran (ini adalah Komputer Lokal/Client). Anda ingin memesan Nasi Goreng. Namun, dapur tempat memasak (ini adalah Komputer Server) berada di ruangan belakang yang tertutup.
Anda tidak bisa masuk ke dapur dan memasak sendiri. Sebagai gantinya, Anda memanggil pelayan dan berkata, “Pesan satu Nasi Goreng”.
-
Pelayan mencatat pesanan (Marshalling).
-
Pelayan berjalan ke dapur (Network Transport).
-
Koki memasak (Eksekusi Prosedur).
-
Pelayan kembali membawa Nasi Goreng ke meja Anda (Return Value).
Bagi Anda, prosesnya terasa lokal dan instan: Anda pesan, makanan datang. Anda tidak perlu tahu betapa rumitnya proses di dapur. Inilah inti dari RPC: Abstraksi. RPC menyembunyikan kerumitan jaringan sehingga programmer bisa memanggil fungsi di server lain semudah memanggil fungsi lokal.
Bab 2: Sejarah Singkat RPC
Konsep RPC bukanlah barang baru. Ide ini sudah ada sejak tahun 1970-an sebagai bagian dari upaya para ilmuwan komputer untuk memecahkan masalah komunikasi dalam sistem terdistribusi awal.
-
Era 80-an (Bruce Nelson & Xerox PARC): Istilah RPC dipopulerkan oleh Bruce Jay Nelson pada tahun 1981. Ia merumuskan bahwa memanggil fungsi di jaringan haruslah semudah memanggil fungsi di memori lokal.
-
Era 90-an (CORBA & Java RMI): Muncul teknologi seperti CORBA (Common Object Request Broker Architecture) dan Java RMI (Remote Method Invocation) yang merupakan implementasi kompleks dari konsep RPC.
-
Era 2000-an (SOAP & XML-RPC): RPC mulai menggunakan format XML untuk bertukar pesan lewat protokol HTTP. Ini adalah cikal bakal web service modern.
-
Era Modern (gRPC): Google mengembangkan gRPC, sebuah framework RPC modern yang sangat cepat dan efisien, yang kini menjadi standar de facto dalam arsitektur Microservices.
Baca juga:Â Apa Itu gRPC? Definisi, Konsep,Kelebihan hingga Kekurangan
Bab 3: Komponen Utama dalam Sistem RPC
Agar sihir RPC bisa bekerja, ada beberapa komponen teknis yang bekerja di belakang layar. Memahami komponen ini penting untuk debugging dan optimasi sistem.
1. Client
Pihak yang melakukan pemanggilan fungsi atau meminta layanan.
2. Client Stub
Ini adalah komponen paling unik. Stub bertindak sebagai “wakil” server di sisi klien. Ketika kode program Anda memanggil fungsi RPC, sebenarnya ia memanggil Client Stub ini. Stub bertugas mengambil parameter, membungkusnya dalam paket data, dan mengirimkannya ke jaringan.
3. RPC Runtime
Sistem transportasi yang menangani transmisi pesan melalui jaringan (TCP/UDP/HTTP). Ia bertanggung jawab atas pengiriman paket, penanganan error jaringan, dan penerimaan balasan.
4. Server Stub (Skeleton)
“Wakil” klien di sisi server. Ia menerima paket pesan dari jaringan, membukanya (unpacking), dan memanggil fungsi asli di server.
5. Server
Komputer tempat fungsi atau prosedur yang sebenarnya dieksekusi.
Bab 4: Cara Kerja RPC: Langkah demi Langkah
Bagaimana sebuah pesan bisa melompat dari satu server ke server lain dan kembali lagi? Berikut adalah siklus hidup (lifecycle) sebuah panggilan RPC:
-
Client Calling: Program klien memanggil prosedur klien stub secara normal, seolah-olah itu fungsi lokal. Parameter didorong ke dalam stack.
-
Marshalling (Packing): Client stub mengambil parameter tersebut dan “membungkusnya” (packing) menjadi format pesan standar yang bisa dikirim lewat jaringan. Proses mengubah struktur data memori menjadi format jaringan ini disebut Marshalling.
-
Sending: RPC Runtime di sisi klien mengirimkan pesan tersebut melalui jaringan ke server.
-
Receiving: RPC Runtime di sisi server menerima pesan tersebut dan meneruskannya ke Server Stub.
-
Unmarshalling (Unpacking): Server stub membuka bungkusan pesan tersebut (Unmarshalling) dan mengubahnya kembali menjadi parameter yang dimengerti oleh bahasa pemrograman di server.
-
Execution: Server stub memanggil prosedur asli di server. Prosedur dijalankan dan menghasilkan nilai kembalian (return value).
-
Return Path: Proses dibalik. Nilai kembalian di-marshal oleh server stub, dikirim lewat jaringan, diterima klien, di-unmarshal oleh client stub, dan akhirnya nilai tersebut sampai ke tangan program klien.
Semua langkah rumit (poin 2 hingga 7) terjadi secara transparan. Programmer hanya peduli pada poin 1 dan hasil akhirnya.
Baca Juga:Â Apa itu Application Programming Interface (API)
Bab 5: Jenis-Jenis Implementasi RPC
Seiring waktu, RPC berevolusi. Berikut adalah beberapa “ras” atau jenis RPC yang populer:
1. XML-RPC
Ini adalah nenek moyang RPC berbasis HTTP. Sesuai namanya, ia menggunakan format XML untuk menyandikan panggilan dan parameternya.
-
Kelebihan: Sangat standar dan mudah dimengerti.
-
Kekurangan: Sangat boros bandwidth (verbose). Tag XML memakan banyak karakter, membuat pesan menjadi besar dan lambat.
2. JSON-RPC
Versi yang lebih ringan dari XML-RPC. Ia menggunakan format JSON (JavaScript Object Notation).
-
Kelebihan: Ringan, mudah dibaca manusia, dan didukung secara native oleh JavaScript/Web.
-
Kekurangan: Masih berbasis teks, sehingga belum seefisien format biner.
3. SOAP (Simple Object Access Protocol)
Meskipun sering dianggap protokol tersendiri, SOAP pada dasarnya menggunakan pola RPC dengan aturan XML yang sangat ketat. Sering digunakan di perbankan dan enterprise lama.
4. gRPC (Google RPC)
Ini adalah bintang utama di era modern. Dikembangkan oleh Google, gRPC menggunakan Protocol Buffers (Protobuf) sebagai format datanya (biner, bukan teks) dan berjalan di atas HTTP/2.
-
Kelebihan: Ekstrem cepat, hemat bandwidth, mendukung streaming dua arah, dan polyglot (bisa menghubungkan kode Java dengan Python, Go dengan C++, dll dengan mudah).
Bab 6: RPC vs REST API: Pertarungan Abadi
Ini adalah pertanyaan yang paling sering diajukan saat wawancara kerja Back-end Developer: “Apa bedanya RPC dan REST?”
Meskipun keduanya bertujuan sama (komunikasi antar sistem), filosofinya berbeda 180 derajat.
1. Filosofi Dasar
-
REST (Representational State Transfer): Berfokus pada Resource (Sumber Daya/Benda). Ia memandang segala sesuatu sebagai objek (User, Product, Order) yang dimanipulasi menggunakan kata kerja HTTP standar (GET, POST, PUT, DELETE).
-
Contoh URL:
GET /users/123(Ambil data user 123).
-
-
RPC: Berfokus pada Action (Aksi/Kata Kerja). Ia memandang komunikasi sebagai pemanggilan fungsi. URL-nya seringkali hanya satu, tapi isinya yang berubah.
-
Contoh Body:
{ "method": "getUser", "params": [123] }.
-
2. Format Data
-
REST: Sangat fleksibel. Bisa JSON, XML, HTML, bahkan teks biasa. Namun JSON paling dominan.
-
RPC (Modern/gRPC): Menggunakan format biner (Protobuf). Manusia tidak bisa membacanya secara langsung, tapi komputer bisa memprosesnya jauh lebih cepat daripada JSON.
3. Coupling (Keterikatan)
-
REST: Loose Coupling. Client dan Server tidak perlu tahu detail implementasi satu sama lain secara mendalam.
-
RPC: Tight Coupling. Client harus tahu persis nama fungsi dan tipe data parameter yang ada di server. Jika server mengubah nama fungsi, client pasti error.
Tabel Perbandingan Singkat
| Fitur | REST API | RPC (khususnya gRPC) |
| Fokus | Resource (Benda) | Action (Fungsi) |
| Protokol | HTTP 1.1 | HTTP/2 |
| Format Payload | JSON (Teks) | Protobuf (Biner) |
| Kecepatan | Sedang | Sangat Tinggi |
| Browser Support | Sangat Baik | Terbatas (Butuh proxy) |
| Penggunaan | Public API, Web App | Microservices, Internal System |
Bab 7: Kelebihan dan Kekurangan RPC
Tidak ada teknologi yang sempurna. RPC memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri.
Kelebihan RPC
-
Performa Tinggi: Terutama gRPC yang menggunakan format biner dan HTTP/2. Ukuran pesan jauh lebih kecil dibanding JSON, dan parsing data jauh lebih cepat.
-
Kemudahan Pemrograman: Bagi developer, memanggil RPC terasa natural karena mirip memanggil fungsi biasa. Tidak perlu pusing memikirkan metode HTTP, header, atau status code seperti di REST.
-
Strongly Typed: RPC (terutama gRPC) memaksa penggunaan tipe data yang ketat. Ini mengurangi bug akibat kesalahan tipe data (misal: mengirim string padahal harusnya integer).
-
Dukungan Streaming: RPC modern mendukung streaming data secara real-time dua arah, sesuatu yang sulit dilakukan di REST standar.
Kekurangan RPC
-
Tightly Coupled: Perubahan kecil pada kode server (misal ganti nama fungsi) bisa mematahkan kode di client. Ini menuntut koordinasi tim yang ketat.
-
Sulit di-Debug: Karena formatnya seringkali biner (bukan teks yang bisa dibaca manusia), melakukan debugging paket data RPC lebih sulit dibanding membaca JSON di REST.
-
Kurang Standar: Tidak seperti REST yang memiliki standar uniform (GET, POST, dll), setiap implementasi RPC bisa berbeda-beda caranya.
Bab 8: Kapan Anda Harus Menggunakan RPC?
Jangan gunakan RPC hanya karena tren. Gunakan RPC pada skenario berikut:
1. Komunikasi Antar Microservices (Internal)
Jika Anda memiliki 50 service mikro di backend (Service Order, Service Payment, Service Inventory), komunikasi antar mereka akan sangat intens. Menggunakan REST JSON akan terlalu lambat. RPC (gRPC) adalah pilihan terbaik di sini karena latensi yang sangat rendah.
2. Sistem Polyglot (Banyak Bahasa)
Jika tim A menggunakan Python, tim B menggunakan Java, dan tim C menggunakan Go. RPC modern seperti gRPC memiliki fitur code generation. Anda cukup mendefinisikan struktur data sekali (file .proto), dan sistem akan otomatis membuatkan kode (stub) untuk semua bahasa tersebut. Sangat efisien!
3. Aplikasi Real-time / Streaming
Untuk aplikasi yang butuh aliran data terus menerus (seperti live chat, stock trading, atau game online), kemampuan streaming dua arah RPC sangat dibutuhkan.
4. Perangkat IoT (Internet of Things)
Perangkat IoT seringkali memiliki daya komputasi dan bandwidth terbatas. Format biner RPC yang ringan sangat cocok untuk menghemat baterai dan kuota data perangkat tersebut.
Kapan JANGAN menggunakan RPC?
Jika Anda membuat Public API yang akan digunakan oleh developer pihak ketiga di seluruh dunia (seperti API Twitter atau Facebook). REST jauh lebih disarankan karena mudah dimengerti, mudah di-debug, dan didukung oleh semua browser tanpa alat tambahan.
Kesimpulan: RPC, Masa Lalu yang Menjadi Masa Depan
RPC (Remote Procedure Call) adalah bukti bahwa konsep fundamental yang kuat tidak akan pernah mati. Meskipun sempat tergeser oleh kepopuleran REST di era web awal, RPC kembali merebut tahta di era Cloud Native dan Microservices berkat evolusinya menjadi gRPC.
Memahami RPC berarti memahami bagaimana membangun sistem yang efisien, cepat, dan terukur. Ini bukan tentang memilih “Mana yang lebih baik antara RPC atau REST”, melainkan tentang memilih “Alat mana yang tepat untuk pekerjaan ini”.
-
Gunakan REST untuk antarmuka publik yang fleksibel.
-
Gunakan RPC (gRPC) untuk komunikasi internal yang super cepat.
Sebagai seorang engineer atau penggiat teknologi, memiliki pemahaman mendalam tentang RPC akan memberikan Anda keunggulan kompetitif dalam merancang arsitektur perangkat lunak yang robust dan scalable.
Tertarik untuk mulai mengimplementasikan RPC di proyek Anda? Mulailah dengan mempelajari gRPC dan Protocol Buffers, karena itulah wajah RPC di masa depan.
