Apa Itu GraphQL? Inilah Definisi, Cara Kerja dan Keunggulannya

Api.co.id – Dalam dunia pengembangan aplikasi modern, kecepatan dan efisiensi pertukaran data adalah segalanya. Apakah Anda sering merasa frustrasi dengan loading aplikasi yang lambat atau kesulitan mengelola puluhan endpoint API yang berantakan? Jika ya, mungkin ini saatnya Anda berkenalan dengan GraphQL.

Istilah ini mungkin sering Anda dengar di forum developer atau diskusi teknologi backend. Namun, apa sebenarnya GraphQL itu? Mengapa teknologi ini digadang-gadang sebagai penerus atau alternatif yang lebih canggih dari REST API?

Artikel ini akan mengupas tuntas GraphQL dari A sampai Z—mulai dari definisi dasar, sejarah, perbedaannya dengan REST, cara kerjanya, hingga mengapa perusahaan teknologi raksasa beralih menggunakannya.

What Is GraphQL? A Complete Beginner-Friendly Guide
image source: freepik

Apa Itu GraphQL?

Secara sederhana, GraphQL adalah sebuah bahasa kueri (query language) untuk API, sekaligus sebuah runtime sisi server untuk mengeksekusi kueri tersebut dengan menggunakan sistem tipe (type system) yang Anda definisikan untuk data Anda.

Berbeda dengan pendekatan tradisional di mana server mendikte data apa yang dikirim, GraphQL memberikan kekuatan penuh kepada klien. Klien (aplikasi web atau mobile) dapat meminta data secara spesifik—tidak kurang, tidak lebih.

Sejarah Singkat

Teknologi ini awalnya dikembangkan secara internal oleh Facebook pada tahun 2012 untuk mengatasi masalah performa pada aplikasi mobile mereka. Pada tahun 2015, Facebook merilisnya sebagai open source. Kini, GraphQL dikelola oleh GraphQL Foundation dan digunakan oleh raksasa teknologi seperti GitHub, Pinterest, Shopify, dan Airbnb.

GraphQL vs REST API: Apa Bedanya?

Untuk memahami kehebatan GraphQL, kita perlu membandingkannya dengan standar industri saat ini, yaitu REST API.

1. Endpoint

  • REST API: Memiliki banyak endpoint untuk sumber daya yang berbeda (contoh: /users, /posts, /comments). Untuk mendapatkan data kompleks, Anda sering kali harus melakukan multiple requests ke berbagai endpoint.

  • GraphQL: Hanya memiliki satu endpoint (biasanya /graphql). Anda bisa mengakses seluruh data yang saling berelasi hanya dengan satu permintaan.

2. Pengambilan Data (Data Fetching)

  • REST API: Mengalami masalah Over-fetching (mengambil data berlebih yang tidak dipakai) atau Under-fetching (data kurang sehingga harus request lagi).

  • GraphQL: Bersifat Exact-fetching. Anda meminta nama dan email, server hanya mengirimkan nama dan email. Ini sangat menghemat bandwidth.

baca juga: REST API vs. SOAP vs. GraphQL: Mana Arsitektur yang Terbaik untuk Proyek Anda?

Komponen Inti GraphQL (Bahas Tuntas A-Z)

Bagaimana GraphQL bekerja di balik layar? Ada beberapa komponen teknis utama yang perlu Anda pahami.

1. Schema (SDL)

Schema adalah jantung dari setiap server GraphQL. Menggunakan Schema Definition Language (SDL), schema berfungsi sebagai “kontrak” antara klien dan server. Schema mendefinisikan tipe data apa saja yang tersedia dan bagaimana relasinya.

Contoh sederhana schema:

type User {
  id: ID!
  name: String!
  email: String
}

2. Query (Membaca Data)

Jika di REST API kita menggunakan GET, di sini kita menggunakan Query. Ini adalah permintaan klien untuk mengambil data. Struktur query sangat intuitif karena menyerupai format JSON hasil responsnya.

Contoh Request Klien:

query {
  user(id: "1") {
    name
  }
}

Respons Server:

{
  "data": {
    "user": {
      "name": "Budi"
    }
  }
}

3. Mutation (Mengubah Data)

Untuk operasi memanipulasi data seperti menambah, mengupdate, atau menghapus (setara dengan POST, PUT, DELETE), GraphQL menggunakan Mutation.

Berbeda dengan query yang bisa berjalan paralel, mutasi dijalankan secara berurutan (sequentially) untuk menjaga integritas data.

4. Subscription (Real-time Data)

Ini adalah fitur “A-Z” yang sering terlewatkan. Subscription memungkinkan server mengirim data ke klien secara real-time ketika ada event tertentu terjadi (misalnya: notifikasi pesan baru). Ini biasanya berjalan di atas protokol WebSocket.

5. Resolver

Jika Schema adalah peta, maka Resolver adalah penunjuk jalannya. Resolver adalah fungsi yang bertugas untuk mengambil data sebenarnya—baik itu dari database SQL, NoSQL, atau bahkan dari microservice lain.

Setiap field dalam query GraphQL memiliki fungsi resolver yang bertanggung jawab untuk mengisi datanya.

Cara Kerja GraphQL: Alur Permintaan Data

Bagaimana prosesnya dari klien menekan tombol hingga data muncul?

  1. Request: Klien mengirimkan kueri (Query/Mutation) yang menjabarkan kebutuhan datanya ke endpoint GraphQL.

  2. Validation: Server memeriksa kueri tersebut terhadap Schema. Apakah sintaksnya benar? Apakah field tersebut ada? Jika tidak valid, server menolak permintaan tersebut.

  3. Execution: Jika valid, server memanggil Resolver yang relevan untuk setiap field yang diminta.

  4. Response: Server mengumpulkan hasil dari resolver, menyusunnya menjadi format JSON yang rapi sesuai struktur permintaan klien, dan mengirimkannya kembali.

Kelebihan Menggunakan GraphQL

Mengapa banyak developer modern beralih ke teknologi ini? Berikut adalah alasan utamanya:

  • Efisiensi Jaringan (No Over/Under-fetching): Sangat krusial untuk pengguna aplikasi mobile dengan koneksi internet lambat. Paket data yang dikirim jauh lebih kecil dan efisien.

  • Single Source of Truth: Dengan skema yang terpusat, tim Frontend dan Backend bisa bekerja lebih sinkron. Frontend tahu persis data apa yang tersedia tanpa harus menebak-nebak.

  • Strongly Typed: Kesalahan tipe data (misalnya mengirim string padahal seharusnya integer) dapat dideteksi sejak awal sebelum kode dijalankan (saat fase development).

  • Developer Experience yang Superior: Alat seperti GraphiQL atau Apollo Studio memungkinkan developer untuk mencoba kueri dan melihat dokumentasi API secara otomatis langsung di browser.

  • Evolusi Tanpa Versioning: Tidak perlu membuat api/v1, api/v2. Anda bisa menambahkan field baru ke skema tanpa merusak kueri lama yang digunakan oleh aplikasi versi lama.

baca juga: 7 Tools GraphQL Wajib Coba untuk Mempercepat Workflow Frontend dan Backend

Kapan Harus (dan Jangan) Menggunakan GraphQL?

Meski canggih, GraphQL bukan solusi untuk segala masalah.

Gunakan GraphQL jika:

  • Aplikasi Anda kompleks dengan banyak relasi data (contoh: media sosial, e-commerce).

  • Anda memiliki klien yang beragam (Web, Android, iOS) dengan kebutuhan data yang sedikit berbeda satu sama lain.

  • Anda ingin mengurangi round-trip (permintaan bolak-balik) ke server.

Pertimbangkan ulang jika:

  • Aplikasi Anda sangat sederhana (misalnya blog statis sederhana).

  • Anda membutuhkan caching HTTP standar yang sangat agresif (REST lebih mudah untuk urusan caching di level browser/CDN).

  • Tim Anda belum familiar dan sumber daya terbatas untuk belajar teknologi baru.

baca juga: Apa itu Application Programming Interface (API)? Pahami Penjelasan Lengkapnya!

Kesimpulan

GraphQL hadir sebagai solusi revolusioner untuk menjembatani komunikasi data yang lebih fleksibel, efisien, dan terstruktur antara klien dan server. Dengan kontrol penuh di sisi klien, proses pengembangan aplikasi menjadi lebih cepat dan pengalaman pengguna (User Experience) menjadi lebih mulus.

Apakah ini berarti REST API sudah mati? Tentu tidak. Namun, untuk aplikasi modern yang dinamis, GraphQL menawarkan keunggulan kompetitif yang sulit diabaikan.

Baca juga versi bahasa inggrisnya disini: What Is GraphQL? A Complete Beginner-Friendly Guide

[elementor-template id=”315″]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top