Api.co.id – Di era digital saat ini, hampir semua aplikasi yang kita gunakan—mulai dari memesan ojek online, scroll Instagram, hingga pembayaran digital—bekerja berkat adanya komunikasi data di belakang layar. Pahlawan tak kasat mata yang memungkinkan semua itu terjadi adalah REST API.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya, dari mana teknologi ini berasal? Apakah ia muncul begitu saja? Ternyata, sejarah REST API menyimpan cerita menarik tentang evolusi cara internet bekerja.

Era Sebelum REST: Kerumitan Protokol Lama
Sebelum tahun 2000, dunia pengembangan web (web development) adalah tempat yang cukup rumit untuk pertukaran data. Saat itu, jika dua komputer ingin saling “berbicara”, para pengembang biasanya mengandalkan protokol yang berat dan kaku seperti SOAP (Simple Object Access Protocol) atau XML-RPC.
Protokol-protokol ini memang canggih, tapi mereka memiliki masalah besar: kompleksitas. Mengirim pesan sederhana saja membutuhkan format XML yang panjang dan aturan yang ketat. Bayangkan ingin mengirim surat cinta, tapi Anda harus menyertakan daftar isi, indeks, dan aturan legal formal di dalamnya. Sangat tidak efisien, bukan?
Tahun 2000: Lahirnya Sebuah Revolusi
Titik balik sejarah terjadi pada tahun 2000. Seorang ilmuwan komputer bernama Roy Fielding menerbitkan disertasi doktoralnya di University of California, Irvine. Disertasi tersebut berjudul “Architectural Styles and the Design of Network-based Software Architectures”.
Dalam Bab 5 disertasi legendaris itulah, Fielding memperkenalkan istilah REST yang merupakan singkatan dari Representational State Transfer.
Roy Fielding bukanlah orang sembarangan. Ia adalah salah satu penulis utama spesifikasi protokol HTTP (Hypertext Transfer Protocol), pondasi utama internet yang kita gunakan setiap hari. Melalui REST, Fielding ingin menunjukkan bahwa kita tidak perlu protokol tambahan yang rumit (seperti SOAP) untuk membangun layanan web. Kita cukup menggunakan fitur-fitur yang sudah ada secara alami di dalam HTTP, seperti GET, POST, PUT, dan DELETE.
Filosofi “Kesederhanaan” yang Mengubah Dunia
Apa yang membuat ide Fielding begitu revolusioner?
-
Stateless: Server tidak perlu mengingat status sesi pengguna dari permintaan sebelumnya. Ini membuat server lebih ringan dan mudah dikembangkan (scalable).
-
Berbasis Sumber Daya (Resource): Segala sesuatu dianggap sebagai “sumber daya” yang bisa diakses lewat URL unik.
-
Menggunakan Standar Web: REST tidak menciptakan aturan baru, melainkan memanfaatkan aturan HTTP yang sudah ada.
Ide ini awalnya hanya konsumsi akademis. Namun, para pengembang web segera menyadari potensinya. REST menawarkan kebebasan dan kesederhanaan yang didambakan industri.
Era Web 2.0 dan Kemenangan REST
Memasuki pertengahan 2000-an, raksasa teknologi mulai bergerak. eBay dan Amazon adalah beberapa pionir awal yang menyediakan API mereka dalam format REST, di samping SOAP.
Namun, pemicu ledakan sesungguhnya adalah revolusi smartphone dan Cloud Computing. Aplikasi mobile membutuhkan format data yang ringan agar tidak memboroskan kuota internet pengguna. Di sinilah pasangan setia REST, yaitu JSON (JavaScript Object Notation), masuk menggantikan XML. Kombinasi REST dan JSON terbukti jauh lebih cepat, ringan, dan mudah dibaca daripada SOAP dan XML.
Pada tahun 2010-an, REST API secara resmi mendominasi dunia. Ia menjadi standar de facto untuk integrasi sistem, menggeser SOAP ke sistem-sistem perbankan lama (legacy) saja.
baca juga:Â Apa itu REST API? Pahami Pengertian, Prinsip-Prinsip, dan Cara Kerjanya!
Kesimpulan
Sejarah REST API adalah bukti bahwa solusi terbaik seringkali bukanlah yang paling rumit, melainkan yang paling sederhana dan efisien. Dari sebuah disertasi akademik Roy Fielding di tahun 2000, REST telah berevolusi menjadi tulang punggung internet modern.
Memahami sejarah ini penting bagi setiap developer agar mengerti mengapa kita membangun aplikasi dengan cara seperti sekarang. Meskipun kini muncul teknologi baru seperti GraphQL, warisan dan dominasi REST API tampaknya masih akan bertahan lama sebagai pilar utama komunikasi digital.
